Kamis, 02 Juni 2016

Tugas bimbingan dan konseling



BIMBINGAN DAN KONSELING


A.  PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Menurut Prayitno & Erman Amti (1994:99) Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang-orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Menurut Rochman Natawidjaja (1981) Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel & Sri Hastuti 2007:29).
            Menurut Bimo Walgito (1982 : 11) bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang di berikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. Menurut Miller (1961) menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madarasah), keluarga, dan masyarakat.
Menurut Arthur J. Jones (1970) mengartikan bimbingan sebagai "The help given by one person to another in making choices and adjustment and in solving problems". Pengertian bimbingan yang dikemukakan Arthur ini amat sederhana yaitu bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu si terbimbing sehingga si terbimbing mampu membuat pilihan-pilihan, menyesuaikan diri, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya (Sofyan S. Willis 2009:11).
Menurut Moegiadi (1970) bimbingan berarti suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal: memahami diri sendiri; menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan (Winkel & Sri Hastuti 2007:29).
Menurut Andi Mappiare (1984) berpendapat bahwa bimbingan merupakan serangkaian kegiatan paling pokok bimbingan dalam membantu konseli/klien secara tatap muka, dengan tujuan agar klien dapat mengambil taanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus .
Menurut Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri
Menurut Berdnard & Fullmer ,1969, Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan,motivasi,dan potensi-potensi yang yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketige hal tersebut.
Menurut Bimo Walgito (1982:11) menyatakan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individhu dalam memecahkan masalah kehidupanya dengan wawancara, dengan cara yang sesuai dengan keadaan individhu yang dihadapinya unuk mencapai hidupnya.) dan menyetir (to steer). Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah atu jenis layanan bimbingan.
Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976; 19) Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu antara seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubunganya dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.
Menurut Smith,dalam Shertzer & Stone,1974 , konseling merupakan suatu proses dimana konselor membantu konselor membuat interprestasi – interprestasi tetang fakta-fakta yang berhubungan dengn pilihan,rencana,atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat.
Menurut Pepinsky 7 Pepinsky ,dalan Shertzer & Stone,1974, konseling merupakan interaksi yang(a)terjadi antara dua orang individu ,masing-masing disebut konselor dan klien ;(b)terjadi dalam suasana yang profesional (c)dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudah kan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien.
Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu bidang pelayanan yang perlu dilaksanakan didalam program pendidikan. Kebutuhan pelaksanaan bimbingan dan konseling berlatar belakang beberapa aspek, yaitu aspek psikologis,filosofi, ilmiah dan teknologi religious, social budaya, dan paedagogis.
1.      Landasan Filosofi
Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu philos berarti cinta, dan shopos berarti bijaksana.Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan.Lebih luas, kamus Webster New Universal memberikan pengertian bahwa filsafat merupakan ilmu yang mempelajari kekuatan yang didasari proses berfikir dan bertingkah laku, teori tentang prinsip-prinsip atau huku-hukum dasar yang mengatur alam semesta serta mendasari semua pengetahuan dan kenyataan, termasuk ke dalamnya studi tentang estetika, etika, logika, metafisika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, filsafat merupakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, seluas-luasnya, setinggi-tingginya, selengkap-lengkapnya, serta setuntas-tuntasnya tentang sesuatu. Tidak ada lagi pemikiran yang lebih dalam, lebih luas, lebih tinggi, lebih lengkap ataupun lebih tuntas dari pada pemikiran filosofis. Disini akan diuraikan beberapa pemikiran filosof yang selalu terkait dalam pelayanan bimbingan dan konseling yaitu tentang hakikat manusia, tujuan dan tugas kehidupan


a.       Hakikat Manusia
Para penulis barat telah banyak yang mencoba untuk memberikan deskripsi tentang hakikat manusia (antara lain dalam Patterson, 1966, Alblaster & Lukes, 1971, Thompson & Rudolph, 1983). Beberapa di antara deskripsi tersebut mengemukakan :
Ø  manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dari mrmpergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya
Ø  manusia dapat belajar mwngatasi masalah-masalah yang dihadapinya, khususnya apabila ia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya
Ø  manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri, khususnya melalui pendidikan
Ø  manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk , dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
b.      Tujuan Dan Tugas Kehidupan
Adler  (1954) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari kehidupan psikis adalah “menjamin” terus berlangsungnya eksistensi kehidupan kemanusiaan diatasbumi, dan memungnkan terselesaikannya dengan aman perkembangan manusia. Sedangkan Jung (1958) melihat bahwa kehidupan psikis manusia mencari keterpaduan, dan di dalamnya terdapat dorongan instinctual kearah keutuhan dan hidup sehat (dalam Witner & Sweeney, 1992). Lebih jauh, sebagai kesimpulan dari hasil studinya tentang cirri-ciri manusia yang hidupnya sehat,Maslow (dalam Witner & Sweeney, 1992) menegaskan bahwa da  ya upaya yang keras untuk terciptanya hidup yang sehat merupakan kecenderungan yang bersifat universal dlam kehidupan manusia. Dalam kaitan itu semua, Witner & Sweeney (1992) mengajukan suatu model tentang kebahagiaan dan kesejahteraan hidup serta upaya mengembangkan dan mempertahankannya sepanjang hayat. Kedua pemikir tersebut mengemukakan ciri-ciri hidup sehat sepanjang hayat dalam lima kategori tugas kehidupan, yaitu berkenaan dengan spiritual, pengaturan diri, pekerjaan, persahabatan, dan cinta.
2.      Landasan Religius
Landasan religious bagi layanan bimbingan dan konseling perlu ditekankan tiga hal pokok, yaitu:
Ø  Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adaah makhluk Tuhan
Ø  Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama, dan
Ø  Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membatu perkembangan dan pemecahan masalah individu.
3.      Landasan Psikologis
Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Hal ini sangat penting karena bidng garapan bimbinga dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku klien yang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya.Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang:
a.       Motif dan motifasi
b.      Pembawaan dasar dan lingkungan
c.       Perkembangan individu
d.      Belajar, balikan dan penguatan, dan
e.       Kepribadian.
4.      Landasan Sosial Budaya
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah dapat hdup seorang diri. Dimana pun dan bilamana pun manusia hidup senantiasa membentuk kelompok hidup terdiri dari sejumlah anggota guna menjamin baik keselamatan, perkembangan, maupun keturunan.
5.      Landasan Ilmiah dan Teknologis
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangan-pengembangan pelayanan itu secara berkelanjutan.
a.       Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Ilmu, serin juga disebut “ilmu pengetahuan”, merupaka sejumlah pengetahuan yang disusun secara logis dan sistematik. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui melalui pancaindra dan pengolahan oleh daya pikir. Dengan demikian, ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik.
b.      Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling, sebagaimana juga pendidikan, merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Dimuka telah diuraikan betapa psikologi, ilmu pendidikan, dan filsafat emberikan sumbangan yang besar kepada bimbingan dan konseling.
c.       Pengembangan Bimbingan dan Konseling Melalui Penelitian
Bimbingan dan konseling, baik teori maupun praktek pelayanannya bersifat dinamis dan berkembang, seiring dengan berkembangnya ilmu-ilmu yang memberikan sumbangan dan seiring pula dengan perkembangan budaya manusia pendukung pelayanan bimbingan dan konseling itu.
Penelitian adalah jiwa dari perkembangan ilmu dan teknologi. Apabila pelayanan bimbingan dan konseling diinginkan untuk berkembang dan maju, maka penelitian tentang bimbingan dan konseling dalam berbagai bentuk penelitian dan aspek yang diteliti harus terus-menerus dilakukan. Tanpa penelitian pertumbuhan pelayanan bimbingan dan koseling akan mandul dan steril.


6.      Landasan Pedagogis
Landasan Pedagogis mengemukakan bahwa antara pendidikan dan bimbingan memang dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar bimbingan (dan konseling) merupakan salah satu bentuk pendidikan. Demikianlah, proses bimbingan dan konseling adalah proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan belajar dan sifat normative. Tujuan-tujuan bimbingan dan konseling memperkuat tujuan-tujuan pendidikan dan menunjang program-program pendidikan secara menyeluruh.

           Bimbingan dan Konseling adalah Pelayanan khusus yang terorganisir, sebagai bagian integral dari lingkungan sekolah, yang bertugas dan bertujuan meningkatkan perkembangan siswa, membantu menyesuaikan diri, dan mencapai prestasi optimal sesuai potensinya.


B.     FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
Sugiyo dkk (1987;14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:
1.      Fungsi penyaluran (distributif)
Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
2.      Fungsi penyesuaian ( adjustif )
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.
3.      Fungsi adaptasi ( adaptif )
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat.

Ditinjau dari segi sifatnya, layanan Bimbingan dan Konseling dapat berfungsi sebagai :
a.       Fungsi Pencegahan (Preventif)
Layanan Bimbingan dan Konseling dapat berfungsi pencegahan artinya : merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa program orientasi, program bimbingan karier, inventarisasi data, dan sebagainya
b.      Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa pemahaman ini mencakup:
v  Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orangtua, guru, dan   guru pembimbing.
v  Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk di dalam lingkungan keluarga dan sekolah) terutama oleh siswa sendiri, orangtua, guru, dan guru pembimbing.
v  Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (terutama di dalamnya informasi pendidikan, jabatan/pekerjaan dan/atau karier dan informasi budaya/nilai-nilai terutama oleh siswa.
c.       Fungsi Perbaikan
Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun mungkin saja siswa masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Disinilah fungsi perbaikan itu berperan, yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami siswa.
d.      Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi ini berarti bahwa layanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian, siswa dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

C.     TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING
·         Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling adalah sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
·         Tujuan Khusus
Secara khusus layanan Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Bimbingan pribadi dan sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan peserta didik dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri, dan bertanggung-jawab terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.

D.    KESALAH PAHAMAN TENTANG GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
Pemahaman orang dalam melihat bimbingan dan konseling, baik dalam tataran konsep maupun praktiknya yang tentunya sangat mengganggu terhadap pencitraan dan laju pengembangan profesi ini. Kekeliruan pemahaman ini tidak hanya terjadi dikalangan orang-orang yang berada diluar bimbingan dan konseling tetapi juga banyak ditemukan dikalangan orang-orang terlibat langsung dengan bimbingan dan konseling. Diantara kesalahpahaman dalam bimbingan dan konseling tersebut adalah :
1.      Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan
Ada dua pendapat yang ekstrem berkenaan dengan pelayanan bimbingana dan konseling :
Ø  Bimbingan dan konseling sama saja dengan pendidikan. Paradigma ini menganggap bahwa pelayanan khusus bimbingan dan konseling tidak disekolah. Bukankah sekolah telah menyelenggarakan pendidik. Akibatnya sekolah akhirnya cenderung terlalu mengutamakan pengajaran dan mengabaikan aspek-aspek lain dari pendidikan serta tidak melihat sama sekali pentingnya bimbingan dan konseling.
Ø  Pelayanan bimbingan dan konseling harus benar-benar dilaksanakan secara khusus oleh tenaga yang benar-benar ahli dengan perlengkapan (alat, tempat dan sarana) yang benar-benar memenuhi syarat. Pelayanan bimbingan dan konseling harus nyata dibedakan dari praktek pendidikan sehari-hari.

Usaha bimbingan dan konseling dapat menjalankan peranan yang amat berarti dalam melayani kepentingan siswa khususnya yang belum terpenuhi secara baik, dalam hal ini perana bimbingan dan konseling ialah menunjang seluruh usaha sekolah demi keberhasilan anak didik. Untuk menjadi konselor yang baik, seseorang perlu menguasai keterampilan dasar, bai kerampilan pribadi dalam memberikan konseling maupun kematangan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling disekolah.
2.      Konselor disekolah dianggap sebagai polisi sekolah
Masih banyak anggapan bahwa peranan konselor disekolah adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin, dan keamanan sekolah. Konselor ditugaskan mencari mencarisiswa yang bersalah dan diberi wewenang untuk mengambil tindakan bagi siswa-siswi yang bersalah.konselor didoronguntuk mencari bukti-bukti atau berusaha agar siswa mengaku bahwa ia telah berbuat sesuatu yang tidak pada tempatnya atau kurang wajar, atau merugikan.
Berdasarkan pandangan itu , wajar bila siswa tidak mau datang kepada konselor karena menganggap bahwa dengan datang kepada konselor berarti menunjukkan aib, ia mengalami ketidakberesan tertentu, ia tidak dapat berdiri sendiri, ia telah berbuat salah, atau predikat-predikat negative lainnya. Pada hal, sebaliknya dari segenap anggapan yang merugikan itu disekolah konselor haruslah menjadi teman dan kepercayaan siswa serta tempat pencurahan kepentingan siswa.
3.      Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat.
Bimbingan dan konseling bukan hanya bantuan yang berupa pemberian nasihat. Pemberian nasihat hanyalah merupakan sebagian kecil dari upaya-upaya bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh kepentingan klien dalam rangka pengembangan pribadi klien secara optimal. Disamping memerlukan pemberian nasihat, pada umumnya klien sesuai dengan masalah yang dialaminya, memerlukan pula pelayanan lain seperti pemberian informasi, penempatan dan penyaluran, konseling, bimbingan belajar, pengalihtangan kepada petugas yang lebih ahli dan berwenang, layanan kepada orang tua siswa dan masyarakat dan lain sebagainya.
4.      Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat insidental
Memang tidak dipungkiri lagi pekerjaan bimbingan dan konseling salah satunya titik tolak dari masalah yang dirasakan siswa, khususnya dalah rangka pelayanan responsive, tetapi hal ini bukan berarti bimbingan dan konseling dikerjakan secara spontan dan hanya bersifat reaktif atas masalah-masalah yang muncul pada saat itu.pekerjaan bimbingan dan konseling dilakukan berdasarkan program yang sestematis dan terrencana, yang didalamnya menggambarkan sejumlah pekerjaan bimbingan dan konseling yang bersifat proaktif dan antisipatif, baik untuk kepentingan pencegahan, pengembangan maupun penyembuhan (pengentasan).
5.      Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja.
Bimbingan dan konseling tidak hanya diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah atau siswa yang memiliki kelebihan tertentu saja, namun bimbingan dan konseling harus dapat melayani seluruh siswa (Guidance and Caunseling For All). Setiap siswa berhak mendapatkan kesempatan pelayanan yang sama, melalui berbagai bentuk pelayanan bimbingan dan konseling yang tersedia.
6.      Bimbingan dan konseling melayani orang sakit atau kurang normal.
Bimbingan dan konseling tidak melayani orang sakit atau kurang normal karena bimbingan dan konseling hanya melayani orang-orang yang normal yang mengalami masalah. Malalui bantuan psikologi yang diberikan konselor diharapkan orang tersebut dapat terbebas dari masalah yang menghadapinya. Jika seseorang mengalami keabnormalan tentunya menjadi wewenang psikiater atau dokter untuk penyembuhannya. Koselor yang memiliki kemampuan yang tinggi akan mampu mendeteksi dan mempertimbangkan lebih jauh tentang mantap atau kurang mantapnya fungsi-fungsi yang ada pada klien sehingga kliennya itu perlu dialihtangankan untuk keberhasilakn pelayanan.
7.      Bimbingan dan konseling berkerja sendiri atau harus bekerja sama dengan ahli atau petugas lain.
Pelayanan bimbingan dan konseling bukan proses yang terisolasi, melainkan proses yang sarat dengan unsur-unsur budaya, sosial, lingkungan. Oleh karnanya pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin menyendiri. Konselor perlu berkerja sama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang sedang dihadapi klien. Meisalnya, Disekolah masalah-masalah yang dihadapi siswa tidak berdiri sendiri. Masalah itu sering kali terkait dengan orang tuan, guru, dan pihak-pihak lain, terkait pula dengan berbagai unsur lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu penanggulangan tidak dapat dilakukan sendiri oleh konselor. Dalam hal ini peranan guru mata pelajaran, orang tua dan pihak-pihak lain sangat kali menentukan. Konselor harus pandai menjalin hubungan  kerja sama yang saling mengerti dan saling menunjang demi terbentunya siswa yang mengalami masalah.
8.      Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif.
Sesuai dengan asas kegiatan, disamping konselor yang bertindak sebagai pusat penggerak bimbingan dan konseling, pihak lain pun, terutama klien harus secara langsung aktif terlibat dalam proses tersebut. Lebih jauh pihak-pihak lain hendaknya tidak membiarkan konselor bergerak dan berjalan sendiri. Mereka hendaknya membantu kelancaran usaha pelayanan itu. Pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling adalah usaha bersama yang beban kegiatannya tidak semata-mata ditimpahkan hanya kepada konselor saja. Jika kegiatan yang pada dasarnya bersifat usaha bersama itu hanya dilakukan oleh satu pihak saja, dalam hal ini konselor maka hasilnya akan kurang mantap, tersendat-sendat atau bahkan tidak berjalan sama sekali.
9.      Menganggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja
Benarkan pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja jawabannya bisa saja “benar” dan bisa pula “tidak”. Jawabannya “benar”jika bimbingan dan konseling dianggap sebagai pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secara amatiran belaka. Sedangkan njawaban “tidak”, jika bimbingan dan konseling dilaksanakanberdasarka prinsif-prinsif keilmuan dan teknologi (yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asas-asas tertentu), dengan kata lai dilaksanakan secara fropesional. Salah satu ciri keprofesionalan bimbingan dan konseling  adalah bahwa pelayanan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang cukup lama diperguruan tinggi
10.  Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja
Pada umumnya usaha pemberian bantuan memang diawali dengan melihat gejala-gejala atau keluhan awal yang disampaikan oleh klien. Namun demikian, jika permasalahan itu dilanjutkan, dialami, dan dikembangkan, sering kali ternyata bahwa masalah yang sebenarnya lebuh jauh, lebih luas dan lebih pelik apa yang sekedar tampak atau disampaikan itu. Kadang-kadang masalah yang sebenarnya sama sekali lain daripada yang tampak atau dikemukakan itu. Usaha pelayanan seharusnyalah dipusatkan paa masalah yang sebenarnya itu. Konselor tidak boleh terpukau oleh keluhan atau masalah yang pertama yang disampaikan oleh klien. Konselor harus mampu menyelami sedalam-dalamnya masalah klien yang sebenarnya. Misalnya menemukan siswa yang jarang masuk kelas, pelayanan dan pembicaraan pelayanan bimbingan dan konseling malah berkutat pada persoalan tidak masuk kelas, bukan menggali sesuatu yang lebih dalam dibalik tidak masuk kelasnya
11.  Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater.
Memang dalam hal-hal tertentu terdapat kesamaan antara pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater, yaitu sama-sama menginginkan klien atau pasien terbebas dari penderita yang dialaminya, melalui berbagai teknik yang teruji sesuai dengan masing-masing bidang pelayanan, baik dalam mengungkap masalah klien atau pasien, mendiagnosis, melakukan prognosis atau pun penyembuhannya. Dengan demikian pekerjaan bimbingan dan konseling tidak lah persis sama dengan pekerjaan dokter atau psikiater. Dokter atau psikiater berkerja dengan orang sakit, sedangkan konselor berkerja dengan orang yang normal(sehat namun sedang mengalami masalah). Cara penyembuhan yang dilakukan dokter atau psikiater bersifat reseptual dan pemberian obat, serta teknis medis lainnya, sementara bimbingan dan konseling memberikan cara-cara pemecahan masalah secara konseptual melalui pengubahan orientasi pribadi, penguatan mental / psikis, modifikasi perilaku, teknik-teknik khas bimbingan dan konseling.
12.  Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segerah dilihat.
Disadari bahwa semua orang menghendaki agar masalah yang dihadapi klien dapat diatasi sesegerah mungkin dan hasilnya pun dapat segera dilihat. Namun harapan itu sering kali tidak terkabul, lebih-lebih kalau yang dimaksud dengan cepat itu adalah dalam hitungan detik atau jam. Hasil bimbingan dan konseling tidaklah seperti makan sambal, begitu masuk kemulut akan terasa pedasnya. Hasi bimbingan dan konseling mungkin saja baru dirasakan beberapa hari kemudian, atau bahkan beberapa tahun kemudian. Misalnya siswa yang mengkonsultasi tentang cita-citanya untuk menjadiseorang dokter, mungkin manfaatdari hasil konsultasi akan dirasakannya justru pada saat setelah dia menjadi seorang doter.
13.  Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
Cara apa pun yang akan dipakai untuk mengatasi masalah haruslah disesuaikan dengan pribadi klien dan berbagai hal yang terkait dengannya. Tidak ada suatu cara pun yang ampuh untuk semua klien dan semua masalah. Bahkan sering kali terjadi, untuk masalah yang sama pun cara yang dipakai pun berbeda. Masalah yang tampaknya sama setelah dikaji secara mendalam mungkin ternyata hakikatnya berbeda, sehingga diperlukan cara yang berbeda untuk mengatasi. Pada dasarnya, pemakaiaan sesuatu cara tergantung pad pribadi klien, jenis dan sifat masalah, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan petugas bimbingan dan konseling dan sarana yang tersedia.
14.  Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumentasi bimbingan dan konseling (misalnya tes, inventori, angket, dan alat pengungkap lainnya).
Perlu diketahui bahwa perlengkapan dan sarana utama yang pasti ada dan dapatdikembangkan pada diri konselor ialah keterampial pribadi. Dengan kata lain, ada dan digunakan instrument (tes, inventori, angket, dan sebagainya itu) hanyalah sekadar pembantu. Ketiadaan alat-alat itu tidak boleh mengganggu, menghambat, ataupun melumpuhkan sama sekali usaha pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh sebab itu, konselor tidak menjadikan ketiadaan instrument seperti itu sebagai alasan atau dalih untuk mengurangi, apalagi tidak melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sama sekali. Petugas bimbingan dan konseling yang baik akan selalu menggunakan apa yang dimiliki secara optimal sambil terus berusaha mengembangkan sarana-sarana penunjang yang diperlukan.
15.  Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah yang ringan saja.
Ukuran berat-ringanya suatu masalah memang menjadi relative, seringkali masalah seseorang dianggap sepele, namun setelah diselami lebih dalam ternyata masalah itu sangat kompleks dan berat. Begitu pula sebaliknya, suatu masalah dianggap berat namun setelah dipelajari lebih jauh ternyata hanya masalah ringan saja. Terlepas  berat ringan yang paling penting bagi konselor adalah berusaha untuk mengatasinya secara cermat dan tuntas. Jika segenap kemampuan konselor sudah dikerahkan namun belum juga menunjukan perbaikan maka konselor seyogyanya mengalihtangankan masalah kepada pihak yang lebih kompeten.

E.     KOLABORASI DENGANORANG TUA
Kolaborasi dengan orang tua merupakan salah satu kegiatan pendukung dalam pembelajaran di Bimbingan dan Konseling. Karena dengan mengadakan kolaborasi ini. Antara orang tua, wali kelas dan konselor dapat bekerjasama dan saling memberi informasi keterkaitan siswa tersebut, sehingga perkembangan siswa secara integral (terpadu) dapat diketahui.
Pada kolaborasi antara konselor, orang tua, dan siswa yang terjadi, semua tergantung kepada masalah atau kebutuhan siswa. Masalah dan kebutuhan siswa berkaitan dengan perkembangan dan kebutuhannya. Seperti kebutuhan untuk memperoleh informasi tentang siswa di sekolah maupun di rumah. Masalah siswa lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dialami atau dirasakan mengganggu kenyamanan hidupnya atau menghambat perkembangan dirinya yang positif, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Masalah siswa pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung Konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi peserta didik.
Kontak yang baik antara sekolah dengan para orang tua siswa menguntungkan bagi orang tua, para siswa, dan sekolah sendiri. Konselor sekolah mendapat banyak kesempatan untuk membina hubungan dengan orang tua dalam kedudukannya dalam konsultan. Dalam hal ini konselor dapat mengambil inisiatif dengan mengundang orang tua ke sekolah atau orang tua sendiri minta bertemu dengan konselor. Hal yang dibicarakan antara konselor sekolah dengan orangtua menyangkut macam-macam hal, misalnya kemajuan anak dalam belajar, pilihan sekolah lanjutan, perilaku anak disekolah, sikap dan tingkah laku anak dirumah, pengiriman (referal) ahli lain diluar lingkungan sekolah, hubungan orang tua dan anak yang kurang memuaskan, corak pergaulan teman diluar sekolah, dan interpretasi hasil testing. Disini konselor dapat menjelaskan kepada orang tua tentang anaknya, seperti perilaku anaknya di sekolah itu, proses belajar yang dilakukan anak, hambatan yang terjadi di sekolah dan lainnya. Sebaliknya dalam kolaborasi ini para orang tua dapat banyak memberikan informasi lebih kepada konselor. Misal tentang tentang harapan yang diinginkan orang tua, serta tentang riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Hasil dan harapan yang ingin dicapai dalam pembicaraan antara orang tua dan konselor adalah dapat pengetahuan serta pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang keadaan siswa. Bagi orang tua siswa hasil ini akan dapat membawa hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak, serta anak dapat terkontrol dengan baik. Bagi seorang konselor sekolah akan dapat memperoleh gambaran yang lengkap tentang siswa, sehingga siswa dapat terkontrol dan kondusif di sekolah.
Kolaborasi orang tua salah satunya dilakukan dengan kunjungan rumah. Melewati kunjungan rumah ini konselor mendapatkan narasumber yang mengetahui latar belakang siswanya untuk memeroleh data yang diingkan. Karena kebanyakan orang tua memaksakan kehendaknya, semisal permasalahan ketika penjurusan terjadi, maka perlu diberikan informasi yang akan membantu siswa. Kolaborasi melewati kunjungan rumah ini untuk mengumpulkan data dan menyelesaikan konferensi kasus. Ketika adanya pemikiran yang hanya sepintas maka perlunya kolaborasi yang menyambungkan antara orang tua dan anaknya. Dan orang tua  perlu tahu bahwa, mereka harus mengerti ketika anaknya ingin kebebasan juga, dan siswa juga tahu bahwa orang tuanya akan merasa bosan jika kita selalu bilang tentang dana. Disinilah konselor akan berperan aktif,yaitu hubungan orang tua dengan konselor dan terjadi kolaborasi dengan konseli. Dan yang perlu diingat  “jangan menggurui orang tua”.  Jika kolaborasi akan berhasil salah satunya yaitu prestasi belajar siswa meningkat.
Kerjasama atau kolaborasi tersebut harus memenuhi prinsip - prinsip sebagai berikut :
Ø  Supporting : orang tua di rumah memberi dukungan dan dorongan secara wajar. Sedangkan di sekolah konselor memberi dukungan penuh dengan mengembangkan kelas yang menyenangkan dimana kebutuhan tiap individu terpenuhi. 
Ø  Understanding : orang tua memahami bahwa setiap anak berbeda dan memberi banyak dukungan untuk perkembangan dengan cara yang berbeda–beda. Sedangkan guru di sekolah memahami bahwa setiap individu membutuhkan perlakuan yang berbeda dan dukungan yang berbeda pula. 
Ø  Caring : memberi perhatian kepada anak secara mendalam, mengawasi perkembangannya dan memberi pujian. 
Ø  Communication : berbicara sesuai dengan pikiran anak dan mendengarkan apa yang diutarakan serat menjawab pertanyaan mereka.
Ø  Experimentation : memberi mereka peluang untuk bereksperimen dan memecahkan masalah dengan tuntas.
Ø  Sharing : mendorong anak untuk mengungkapkan perasaan, pengalaman, pikiran, dan menawarkan saran–saran.
Ø  Success : memuji usaha anak serta kreatifitasnya. Dasar – dasar keberhasilan belajar terbentuk jika anak punya rasa kepercayaan diri dan kepercayaan mengatasi masalah.

Cara atau teknik konsultasi dengan orang tua siswa
Konsultasi yang efektif hanya akan berlangsung bila konselor mampu menciptakan suasana komunikasi antar pribadi yang memuaskan untuk kedua belah pihak. Tipe konsultasi yang sesuai dalam berkonsultasi dengan orang tua tergantung dari permasalahan yang dibicarakan dan dari taraf pendidikan serta harapan orang tua yang datang untuk berkonsultasi. Tipe memberikan layanan akan sesuai bila orang tua memandang konselor sebagai narasumber yang diharapkan memberikan pandangan dan pendapat, yang dapat membantu memahami keadaan anak dan meningkatkan komunikasi dengan anak. Meskipun demikian seorang konselor harus menghindari suatu pemikiran pembicaraan yang jauh diatas kemampuan orang tua dan tidak menggunakan istilah-istilah yang sangat teknis, apalagi berbicara dengan nada menyalahkan orang tua. Tipe kerjasama yang baik ialah kerjasama yang saling menguntungkan antar berbagai pihak, dalam hal ini konselor dan orang tua mungkin akan sepakat bahwa ada baiknya konselor bicara juga dengan siswa bersangkutan sehingga pendekatan tidak langsung dilengkapi dengan pendekatan langsung.
Dalam berkonsultasi dengan orang tua siswa, konselor harus dapat mengkondisikan suasana yang serasi dan harmonis, meskipun mungkin ada masalah yang dialami oleh anak baik dalam keluarga maupun sekolah. Seorang konselor harus bisa mengkondisikan dengan sebaik baiknya agar orang tua siswa dapat bebas mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ingin diungkapkan. Orang tua siswa harus merasa bebas untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara leluasa, tanpa merasa terancam rasa harga dirinya. Selama dalam pembicaraan dan proses diskusi biasanya terdapat suatu perbedaan pandangan, namun dalam perbedaan tersebut tidaklah boleh ada sikap perdebatan, karena akan dapat merugikan siswa. Harus diakui bahwa biasanya ada orang tua yang bersikap menyerang, maupun ada yang defensif. Dalam hal itu konselor membutuhkan keterampilan melunakan orang tua siswa sehingga terciptalah suasana yang memungkinkan untuk saling menukarkan pandangan demi kebaikan anak. Konsultasi yang efektif hanya akan berlangsung bila konselor mampu menciptakan suasana komunikasi antar pribadi yang memuaskan untuk kedua belah pihak.
























DAFTAR PUSTAKA


Mukliskurniawan.http://www.facebook.com/notes/mukliskurniawan-blog/hubungan-kerjasama-antara-guru-dan-orangtua-dalam-meningkatkan-aktivitas-belajar/
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar